Demi Nafkah, Banyak Warga Indonesia Pilih Kerja di Luar Negeri
October 02, 2024
Kalbar,REDMOL.id—Jakarta,Semakin sulitnya mencari pekerjaan di Indonesia membuat banyak warga negara memilih merantau ke luar negeri demi memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan survei Angkatan Kerja Nasional yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja migran asal Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Survei tersebut mengungkapkan bahwa kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan upah layak di dalam negeri menjadi salah satu faktor utama di balik tren ini.
Menurut data survei, lebih dari 10 juta warga Indonesia kini bekerja di luar negeri, dengan mayoritas tersebar di sektor informal seperti pekerja rumah tangga, buruh pabrik, serta sektor konstruksi. Negara-negara tujuan utama mereka meliputi Malaysia, Arab Saudi, Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan. Sebanyak 67% dari mereka mengaku memilih untuk mencari kerja di luar negeri karena tidak dapat menemukan pekerjaan yang layak di dalam negeri.
Salah satu responden survei, Indah (35), seorang ibu dua anak asal Jawa Tengah, menyatakan bahwa pendapatannya sebagai pekerja rumah tangga di Malaysia lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan serabutan di Indonesia. "Di kampung saya, mencari pekerjaan tetap susah. Di sini (Malaysia), meskipun jauh dari keluarga, saya bisa kirim uang lebih banyak untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang mencapai 6,3% pada tahun ini juga menjadi faktor yang memperparah situasi. Meskipun angka tersebut sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun banyak masyarakat yang merasa lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan kebutuhan hidup, terutama di tengah tingginya harga-harga kebutuhan pokok.
Menanggapi tren ini, pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja menyatakan komitmennya untuk meningkatkan pelatihan keterampilan bagi angkatan kerja serta mendorong investasi dalam industri padat karya. Namun, upaya ini dianggap belum cukup cepat untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah angkatan kerja yang semakin tinggi setiap tahunnya.
Survei Angkatan Kerja Nasional ini juga menemukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu hambatan utama bagi warga untuk memperoleh pekerjaan yang layak di dalam negeri. Sebanyak 52% dari pekerja migran hanya berpendidikan sekolah dasar atau menengah pertama, yang membatasi peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal dengan gaji yang memadai.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Haryanto, menyebut fenomena ini sebagai tanda kurangnya lapangan kerja berkualitas di dalam negeri. "Indonesia membutuhkan peningkatan investasi di sektor manufaktur dan teknologi untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Jika tidak, arus pekerja migran ke luar negeri akan terus meningkat," ujarnya.
Di sisi lain, kontribusi remitansi dari para pekerja migran kepada perekonomian Indonesia cukup signifikan. Pada tahun 2023, total remitansi mencapai Rp 160 triliun, yang sebagian besar digunakan oleh keluarga pekerja untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan investasi usaha kecil di kampung halaman.
Namun, dengan risiko sosial dan ekonomi yang menyertai migrasi tenaga kerja, mulai dari eksploitasi hingga ketidakpastian perlindungan hukum di negara tujuan, pemerintah didesak untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperbanyak lapangan kerja di dalam negeri agar warga negara tidak perlu mencari nafkah di luar negeri.
(Bahri)
Editor:Maulana